Naik kendaraan roda dua tidak kalah asyiknya menuju rumah Bapa
Sidukap Naburuk di Durian Baggal, Sindar Raya. Setelah melakukan
perjalanan kurang lebih 1 jam dari kota Siantar menuju Pematang Raya,
kita masuk melalui simpang Sondi Raya, melewati desa Siporkas, dengan
rute yang cukup menantang. Kondisi jalan memang bagus di Sondi Raya,
tetapi setelah melewati dua kampung, kita akan berhadapan dengan jalan
berbatu batu serta tanjakan turun naik. Siap siap lah kita tarik
perpindahan kecepatan kendaraan roda dua dari porsneling/gigi 1 hingga
gigi 2.
Jalan yang sunyi di kelilingi ladang dan hutan,
sesekali berpas pas an dengan satu dua pengendara memiliki kesan
tersendiri. Jika mengambil waktu pagi hari, pemandangan hutan basah di
selimuti kabut yang tak tersentuh oleh manusia tampak mempesona.
Matahari sedikit memperlihatkan wajahnya, suhu udara dingin, sejuk dan
segar. Melepas lelah di lokasi persawahan yang tidak terlalu luas,
tampak bukit menjulang sangat kontras dengan dataran di sekeliling nya.
Orang kampung memberi nama bukit tersebut Simarsolpah – Simarsulpit.
Menurut cerita orang tua dulu, bukit kembar tersebut dibelah oleh Dewa
Petir, tapi ada juga yang mengatakan dongeng lain hasil “buah tangan” Si
Ganjang Kateas, manusia raksasa yang menghuni hutan.
Kira
kira 1 jam perjalanan, sampai lah kita di rumah Bapa Sidukap Naburuk.
Tapi jika kita bertanya kepada orang kampung, di mana rumah Sidukap
Naburuk, mereka akan serentak menggeleng gelengkan kepala. Kita tanya
saja nama panggilan nya di kampung, Pan Tonggo Damanik, “Oooo….i jai do
rumah ni” jawab mereka segera menunjukkan arah yang benar. Sebuah rumah
semi permanen dengan halaman yang cukup luas. Di halaman depan depan,
ada meja batu gunung besar sebagai tempat duduk di sore hari. Pembibitan
tanaman obat tradisional tampak di halaman tengah rumah. Tak urung juga
beberapa binatang peliharaan alami pernah hadir seperti monyet, ular,
landak, ayam, anjing, kucing dan tokek rumah.
Ketika
aku bertanya mengapa memakai nama Sidukap Naburuk, Bapak berambut cepak
tersebut menjawab dengan setengah tertawa sambil bergurau bahwa ia tidak
ingin terkenal. Baginya, Sidukap Naburuk adalah nama tanaman yang
digunakan sebagai obat, kalau diterjemahkan bisa juga berarti menambal
dan memperbaiki sesuatu yang buruk. Salah satu penyakit yang dapat
disembuhkan oleh daun tersebut adalah penyakit tumor. Bersama ramuan
lain daun Sidukap Naburuk direbus mulai jam 7 pagi terus menerus hingga
jam 7 malam, berarti kita harus menunggu selama 12 jam. Aduh !
Ia
belajar sejak kecil tentang tanaman obat bersama ayah nya, Raulung
Damanik. Pengetahuan yang diajarkan “sambil jalan”, ketika mereka
bersama sama memasuki hutan, menyusuri sungai, sambil bermain menuju
ladang atau ketika di ajak berburu ke mana saja. Wilayah dengan hutan
luas yang harus mereka jaga sebagai hasusuran (keturunan) Tuan Sokkur,
hingga mengitari Dolog Simarsolpah. Hubungan emosional mereka sudah
seperti layaknya abang adik, atau teman seperjalanan. “Waktu itu aku
mengalami sakit di bagian kepala seperti hilang ingatan, salah satu obat
nya dengan mengingat sesuatu. Jenis tanaman itu lah yang ku hapal satu
demi satu sambil jalan. Kalau sekarang di hitung jumlah nya ada ratusan”
tambah nya.
Salah satu keyakinan yang ditanamkan
ayahnya bahwa tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Berdasarkan
pengalaman bersama ayahnya, jika ia melihat tanaman di sepanjang
perjalanan, sebentar saja ia mencicipi daun tanaman sudah dapat
mengetahui nama dan fungsi tanaman obat serta memperkirakan dosis yang
dapat di pakai untuk menyembuhkan penyakit.
“Bapak
mengajarkan cara mengambil tanaman obat di hutan melalui mulut, tidak
boleh di petik melalui tangan. Menurut analisa ku, manfaat nya agar
tanaman yang diambil masih dalam kondisi steril sebab di ludah banyak
enzim “steril” dan tanaman tidak lekas mati.” tambah nya. Kini metode
perlakuan tersebut ia rombak, ia meyakini hal yang essensial adalah zat
nya. Pelajara lain yang diberikan, ia tidak boleh menghabiskan tanaman
obat yang ada di hutan. Mamulung tawar harus menyediakan proses
regenerasi tanaman obat sehingga bisa lestari, selain itu diwajibkan
mengganti dengan menanam tanaman obat lain di sekitar nya.
Salah
satu unsur yang mempercepat proses penyembuhan adalah energi pikiran.
Bagi Sidukap Naburuk, pasien hendaknya ikut juga mencari tanaman obat
nya di tengah hutan. Jika ia memiliki energi dan pikiran positip dapat
sembuh, niscaya akan sembuh dalam waktu yang tidak lama. Ia kemudian
menyebutkan beberapa tanaman obat yang sudah langka diantara nya “Andor
Porkis Naga” dan “Bulung Bulung Manuhar”.
Ia juga
meyakini metode leluhur yang terlebih dahulu melakukan eksperimen
penyembuhan kepada hewan. Hasil pengamatan dan penelitian ini kelak di
uji coba kan kepada manusia, jika sudah berhasil, rumusan pengobatan
alamiah ini lah yang diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya.
Di sisi lain, Sidukap juga menginginkan ada orang yang ahli untuk
melakukan pembibitan tanaman obat di halaman rumah. Sehingga ia tidak
perlu harus terus menerus mencari di tengah hutan. Keahlian
membudidayakan tanaman obat ini lah yang belum ada. Apalagi ada beberapa
jenis tanaman langka yang sulit di pindahkan, biasa nya tidak tumbuh
atau lekas mati.
Hal yang paling bahagia bagi diri nya
ketika mengetahui putrid nya, Nurmala Damanik yang juga berprofesi
sebagai bidan mampu mengenal tanaman obat. Ia sudah bisa meracik da
mengatur dosis sendiri untuk berbagai penyakit. Sedangkan anak lelaki
nya, Tonggo Damanik yang masih berstatus pelajar selalu ia bawa untuk
mengenal tanaman obat di hutan.
Harapan nya, mindset negatip masyarakat terhadap tanaman obat warisan
leluhur ini dapat di ubah. Ini lah kekayaan tradisional simalungun pada
zaman nya dan masih dapat dipergunakan hingga sekarang.
“Kalau
orang datang hendak berobat, biasa nya saya coba minta diagnosa dokter,
tempat dimana mereka melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Begitu
mereka datang ke rumah, racikan sudah saya selesaikan sehari sebelum
nya. Mereka pun datang hanya butuh waktu 5 menit, tidak perlu lama
lama.” ujar nya bersemangat.
Menutup pembicaraan, ia bercita cita membuat Hutan Wisata dan Hutan
Tanaman Obat di Sokkur, Sindar Raya. Konsep jelajah alam yang unik
melalui alur sungai, air terjun, goa leluhur, kuburan batu kuno, serta
melihat beragam tanaman obat serta landscape Simarsolpah menjadi sebuah
paket potensi wisata yang menarik. Ia akan memperjuangkan nya demi
leluhur Nagur. Tabik !!
Sumber : Simalungun Online
Penulis : Sultan Saragih
Edited : Pranata Girsang
Kamis, 08 Mei 2014
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar