Kamis, 08 Mei 2014

SIDUKAP NABURUK, AHLI TANANAMAN OBAT TRADISIONAL SIMALUNGUN


Naik kendaraan roda dua tidak kalah asyiknya menuju rumah Bapa Sidukap Naburuk di Durian Baggal, Sindar Raya. Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 1 jam dari kota Siantar menuju Pematang Raya, kita masuk melalui simpang Sondi Raya, melewati desa Siporkas, dengan rute yang cukup menantang. Kondisi jalan memang bagus di Sondi Raya, tetapi setelah melewati dua kampung, kita akan berhadapan dengan jalan berbatu batu serta tanjakan turun naik. Siap siap lah kita tarik perpindahan kecepatan kendaraan roda dua dari porsneling/gigi 1 hingga gigi 2.

Jalan yang sunyi di kelilingi ladang dan hutan, sesekali berpas pas an dengan satu dua pengendara memiliki kesan tersendiri. Jika mengambil waktu pagi hari, pemandangan hutan basah di selimuti kabut yang tak tersentuh oleh manusia tampak mempesona. Matahari sedikit memperlihatkan wajahnya, suhu udara dingin, sejuk dan segar. Melepas lelah di lokasi persawahan yang tidak terlalu luas, tampak bukit menjulang sangat kontras dengan dataran di sekeliling nya. Orang kampung memberi nama bukit tersebut Simarsolpah – Simarsulpit. Menurut cerita orang tua dulu, bukit kembar tersebut dibelah oleh Dewa Petir, tapi ada juga yang mengatakan dongeng lain hasil “buah tangan” Si Ganjang Kateas, manusia raksasa yang menghuni hutan.

Kira kira 1 jam perjalanan, sampai lah kita di rumah Bapa Sidukap Naburuk. Tapi jika kita bertanya kepada orang kampung, di mana rumah Sidukap Naburuk, mereka akan serentak menggeleng gelengkan kepala. Kita tanya saja nama panggilan nya di kampung, Pan Tonggo Damanik, “Oooo….i jai do rumah ni” jawab mereka segera menunjukkan arah yang benar. Sebuah rumah semi permanen dengan halaman yang cukup luas. Di halaman depan depan, ada meja batu gunung besar sebagai tempat duduk di sore hari. Pembibitan tanaman obat tradisional tampak di halaman tengah rumah. Tak urung juga beberapa binatang peliharaan alami pernah hadir seperti monyet, ular, landak, ayam, anjing, kucing dan tokek rumah.

Ketika aku bertanya mengapa memakai nama Sidukap Naburuk, Bapak berambut cepak tersebut menjawab dengan setengah tertawa sambil bergurau bahwa ia tidak ingin terkenal. Baginya, Sidukap Naburuk adalah nama tanaman yang digunakan sebagai obat, kalau diterjemahkan bisa juga berarti menambal dan memperbaiki sesuatu yang buruk. Salah satu penyakit yang dapat disembuhkan oleh daun tersebut adalah penyakit tumor. Bersama ramuan lain daun Sidukap Naburuk direbus mulai jam 7 pagi terus menerus hingga jam 7 malam, berarti kita harus menunggu selama 12 jam. Aduh !

Ia belajar sejak kecil tentang tanaman obat bersama ayah nya, Raulung Damanik. Pengetahuan yang diajarkan “sambil jalan”, ketika mereka bersama sama memasuki hutan, menyusuri sungai, sambil bermain menuju ladang atau ketika di ajak berburu ke mana saja. Wilayah dengan hutan luas yang harus mereka jaga sebagai hasusuran (keturunan) Tuan Sokkur, hingga mengitari Dolog Simarsolpah. Hubungan emosional mereka sudah seperti layaknya abang adik, atau teman seperjalanan. “Waktu itu aku mengalami sakit di bagian kepala seperti hilang ingatan, salah satu obat nya dengan mengingat sesuatu. Jenis tanaman itu lah yang ku hapal satu demi satu sambil jalan. Kalau sekarang di hitung jumlah nya ada ratusan” tambah nya.

Salah satu keyakinan yang ditanamkan ayahnya bahwa tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Berdasarkan pengalaman bersama ayahnya, jika ia melihat tanaman di sepanjang perjalanan, sebentar saja ia mencicipi daun tanaman sudah dapat mengetahui nama dan fungsi tanaman obat serta memperkirakan dosis yang dapat di pakai untuk menyembuhkan penyakit.

“Bapak mengajarkan cara mengambil tanaman obat di hutan melalui mulut, tidak boleh di petik melalui tangan. Menurut analisa ku, manfaat nya agar tanaman yang diambil masih dalam kondisi steril sebab di ludah banyak enzim “steril” dan tanaman tidak lekas mati.” tambah nya. Kini metode perlakuan tersebut ia rombak, ia meyakini hal yang essensial adalah zat nya. Pelajara lain yang diberikan, ia tidak boleh menghabiskan tanaman obat yang ada di hutan. Mamulung tawar harus menyediakan proses regenerasi tanaman obat sehingga bisa lestari, selain itu diwajibkan mengganti dengan menanam tanaman obat lain di sekitar nya.

Salah satu unsur yang mempercepat proses penyembuhan adalah energi pikiran. Bagi Sidukap Naburuk, pasien hendaknya ikut juga mencari tanaman obat nya di tengah hutan. Jika ia memiliki energi dan pikiran positip dapat sembuh, niscaya akan sembuh dalam waktu yang tidak lama. Ia kemudian menyebutkan beberapa tanaman obat yang sudah langka diantara nya “Andor Porkis Naga” dan “Bulung Bulung Manuhar”.

Ia juga meyakini metode leluhur yang terlebih dahulu melakukan eksperimen penyembuhan kepada hewan. Hasil pengamatan dan penelitian ini kelak di uji coba kan kepada manusia, jika sudah berhasil, rumusan pengobatan alamiah ini lah yang diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Di sisi lain, Sidukap juga menginginkan ada orang yang ahli untuk melakukan pembibitan tanaman obat di halaman rumah. Sehingga ia tidak perlu harus terus menerus mencari di tengah hutan. Keahlian membudidayakan tanaman obat ini lah yang belum ada. Apalagi ada beberapa jenis tanaman langka yang sulit di pindahkan, biasa nya tidak tumbuh atau lekas mati.

Hal yang paling bahagia bagi diri nya ketika mengetahui putrid nya, Nurmala Damanik yang juga berprofesi sebagai bidan mampu mengenal tanaman obat. Ia sudah bisa meracik da mengatur dosis sendiri untuk berbagai penyakit. Sedangkan anak lelaki nya, Tonggo Damanik yang masih berstatus pelajar selalu ia bawa untuk mengenal tanaman obat di hutan. Harapan nya, mindset negatip masyarakat terhadap tanaman obat warisan leluhur ini dapat di ubah. Ini lah kekayaan tradisional simalungun pada zaman nya dan masih dapat dipergunakan hingga sekarang.

“Kalau orang datang hendak berobat, biasa nya saya coba minta diagnosa dokter, tempat dimana mereka melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Begitu mereka datang ke rumah, racikan sudah saya selesaikan sehari sebelum nya. Mereka pun datang hanya butuh waktu 5 menit, tidak perlu lama lama.” ujar nya bersemangat. Menutup pembicaraan, ia bercita cita membuat Hutan Wisata dan Hutan Tanaman Obat di Sokkur, Sindar Raya. Konsep jelajah alam yang unik melalui alur sungai, air terjun, goa leluhur, kuburan batu kuno, serta melihat beragam tanaman obat serta landscape Simarsolpah menjadi sebuah paket potensi wisata yang menarik. Ia akan memperjuangkan nya demi leluhur Nagur. Tabik !!

Sumber : Simalungun Online
Penulis  : Sultan Saragih
Edited    : Pranata Girsang 

0 komentar :

Posting Komentar

Followers

 

Simalungun HABONARON DO BONA . Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com